Sabtu, 12 Februari 2011

CATATAN SEORANG PRIA

Tahukah kamu kenapa saya suka wanita yang berjilbab? jawabannya sederhana, karena mata saya susah diajak kompromi. Bisa dibayangkan bagaimana saya harus mengontrol mata saya ini, mulai dari keluar pintu rumah hingga kembali lagi masuk rumah. Dan, kamu tahu, di kampus tempat seharian saya berada disana, kea rah manapun saya memandang selalu membuat mata saya terbelalak. Hanya dua arah yang bisa membuat saya tenang, yaitu mendongak keatas langit atau menunduk ke tanah.

Melihat kedepan, ada perempuan berlenggok dengan seutas tank top. Menoleh ke kiri, pemandangan “Pinggul Terbuka”. Menghindar ke kana nada sajian “celana ketat plus You can see”. Balik ke belakang dihadang oleh dada yang menantang. Astaghfirullah, kemana lagi mata ini harus memandang?

Kalau berbicara tentang nafsu, jelas saya suka. Hal seperti diatas itu mah kurang merangsang. Tapi saying, saya tidak ingin hidup ini dibalut nafsu. Saya juga butuh hidup dengan pemandangan yang membuat saya tenang. Saya ingin melihat wanita bukan sebagai objek pemuas mata, tapi sebagai sosok yang anggun mempesona dan kalau dipandang bikin sejuk di mata. Bukan paras yang membuat mata panas, membuat iman lepas ditarik oleh pikiran ngeres, dan hatipun menjadi keras.

Andai saja wanita mengerti apa yang dipikirkan laki-laki ketika melihat mereka berpakaian seksi, saya yakin mereka tak mau tampil seperti itu lagi. Kecuali bagi mereka yang meamng berniat untuk menarik lelaki dengan asset berharga yang mereka punya.

Istilah seksi –kalau boleh saya definisikan- berdasarkan kata dasarnya adalah penuh daya tarik seks. Kalau ada wanita yang dikatakan seksi oleh para lelaki, janganlah berbangga hati dulu. Sebagai seorang manusia yang punya fitrah dihormati dan dihargai, semestinya anda malu. Karena penampilan seksi itu sudah membuat mata lelaki menelanjangi anda. Membayangkan anda sebagai objek syahwat dalam alam pikirannya. Berharap anda melakukan lebih seksi, lebih, dan lebih lagi. Dan, anda tahu, kesimpulan apa yang ada dalam benak sang lelaki? Kesimpulannya yaitu anda bisa diajak begini dan begitu alias “gampangan”.

Mau tidak mau, sengaja atau tidak, Anda sudah membuat diri anda tidak dihargai dan dihormati oleh penampilan anda sendiri yang anda sajikan pada mata lelaki. Jika sesuatu buruk terjadi pada diri anda, apa itu dengan kata-kata nyeleneh, pelecehan seksual atau mungkin sampai pada perkosaan, Siapa yang semestinya disalahkan? Saya yakin anda menjawab “lelaki” bukan? Betapa tersiksanya menjadi seorang lelaki di jaman sekarang ini.

Kalau boleh saya ibaratkan, tak ada pembeli kalau tidak ada yang jual. Simple saja, orang pasti akan beli kalau ada yang nawarin. Apalagi barang bagus itu gratis, pasti semua orang akan berebut menerima. Nah, apa bedanya dengan anda yang menawarkan penampilan seksi pada khalayak ramai? Saya yakin, siapa yang minat melihat pasti ingin mencicipinya.

Begitulah seharian tadi, saya harus menahan siksaan mata ini. Bukan hanya hari ini saja, tapi seperti itulah rata-rata setiap harinya. Saya ingin protes, tapi mau protes kemana? Apakah saya harus menikamatinya? Tapi saya sungguh takut dengan dzat yang member mata ini. Bagaimana nanti saya mempertanggungjawabkannya? Sungguh, suatu dilemma yang berkepanjangan dalam hidup saya.

Allah Ta’ala telah berfirman, “katakanlah kepada laki-laki yang beriman, ‘Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya, yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.’ Katakanlah kepada wanita beriman, ‘Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya.” (QS. ANNUR 30-31)

Jadi, tak salah bukan, kalau saya sering berdiam di ruangan kecil ini, duduk di depan computer, menyerap sekian juta electron yang terpancar dari monitor? Saya hanya ingin menahan pandangan mata ini. Biarlah mata saya ini rusak oleh radiasi monitor, daripada saya tidak bisa mempertanggungjawabkan nantinya. Jadi, tak salah juga bukan, kalau saya paling males diajak ke mall, jjs, kafe, dan semacam tempat yang selalu menyajiakn keseksian?

Saya yakin banyak laki-laki yang punya dilemma seperti saya ini. Mungkin ada yang menikmati, tetapi sebagian besar ada yang takut dan bingng harus berbuat apa. Bagi anda para wanita, apakah akan selalu dan semakin menyiksa kamu sampai tak mampu lagi memikirkan mana yang baik dan mana yang buruk, kemudian terpaksa mengambil keputusan untuk menikmati pemandangan yang anda tayangkan?
So, berjilbablah! Karena itu sungguh nyaman, tenteram, anggun, cantik, mempesona, dan tentunya sejuk di mata.


(Engkau Lebih Cantik Dengan Jilbab, Burhan Shodiq)

Kamis, 10 Februari 2011

Kerisauan yang tak Beralasan


"Ya Allah, jika aku jatuh cinta, cintakanlah aku pada seseorang yang melabuhkan cintanya pada-Mu, agar bertambah kekuatan ku untuk mencintai-Mu.

Ya Muhaimin, jika aku jatuh cinta, jagalah cintaku padanya agar tidak melebihi cintaku pada-Mu.

Ya Allah, jika aku jatuh hati, izinkanlah aku menyentuh hati seseorang yang hatinya tertaut pada-Mu, agar tidak terjatuh aku dalam jurang cinta semu.

Ya Rabbana, jika aku jatuh hati, jagalah hatiku padanya agar tidak berpaling pada hati-Mu.

Ya Rabbul Izzati, jika aku rindu, rindukanlah aku pada seseorang yang merindui syahid di jalan-Mu.

Ya Allah, jika aku rindu, jagalah rinduku padanya agar tidak lalai aku merindukan syurga-Mu.

Ya Allah, jika aku menikmati cinta kekasih-Mu, janganlah kenikmatan itu melebihi kenikmatan indahnya bermunajat di sepertiga malam terakhirmu.

Ya Allah, jika aku jatuh hati pada kekasih-Mu, jangan biarkan aku tertatih dan terjatuh dalam perjalanan panjang menyeru manusia kepada-Mu.

Ya Allah, jika Kau halalkan aku merindui kekasih-Mu, jangan biarkan aku melampaui batas sehingga melupakan aku pada cinta hakiki dan rindu abadi hanya kepada-Mu.

Ya Allah, Engkau mengetahui bahwa hati-hati ini telah berhimpun dalam cinta pada-Mu,telah berjumpa pada taat pada-Mu, telah bersatu dalam dakwah pada-MU, telah berpadu dalam membela syariat-Mu. Kukuhkanlah ya Allah ikatannya. Kekalkanlah cintanya. Tunjukilah jalan-jalannya. Penuhilahhati-hati ini dengan nur-Mu yang tiada pernah pudar. Lapangkanlah dada-dadakami dengan limpahan keimanan kepada-Mu dan keindahan bertawakal di jalan-Mu... . ameen Ya Robb...


Seringnya bersama orang2 yang telah berumur untuk menikah membuat saya sedikit terusik dan ikut-ikutan ngebahas hal yang beginian. saya juga ingin menikah, tapi bukan dalam waktu dekat ini. Paling nggak 5/6 tahun lagi lah (Insya Allah), jadi menurut saya ngomongin nikahnya besok2 dulu deh, sekarang mau jadi anak baek dulu. Biar dapetnya ikhwan yang baek pula. Hahahah :D.
Kali ini, akhirnya ikut-ikutan sedikit risau dengan yang namanya nikah. >.<
Baru ngeh betapa do’a ini begitu penting, dan kalo gak berlebihan dibilang sangat penting. Setelah sebelumnya ngelihat realita yang terjadi, cerita yang didengar, dan hari2 saya dirumah akhir2 ini, saya jadi mikir betapa pentingnya do’a ini.

Jadi begini, kemaren dulu udah agak lama saya ndenger kisah tentang seorang akhwat sholihah yang akhirnya menikah dengan ikhwan yang (kata orang) biasa saja. mungkin kalo kata beberapa orang lainnya, ikhwan seperti ini adalah sosok laki-laki yang sholeh dan menjadi menantu impian. Sholeh, taat ibadah wajib, bekerja tetap, ramah, hormat sama orangtuanya. Kalo kata ibuk sama bapak saya, orang yang seperti ini sudah memenuhi kriteria seorang yang sholeh dan layak untuk menjadi pendamping hidup. Bahkan kata ibuk nih, “nek tekoteko ana PNS sing nglamar kowe ibuk karo bapak langsung entuk”. Hwaaaa >.<. Orang desa macam keluarga saya ini, PNS itu punya kedudukan yang lebih di hati. Ibuk dan bapak bisa ngerti saya, tapi tetep saja standar sholih menurut mereka adalah cukup seorang yang rajin sholat, rajin bekerja, punya pekerjaan, hormat sama orangtuanya, sayang keluarga. Seseorang yang begini ini cukup bagi mereka. Saya bukannya pengen seseorang yang muluk-muluk ato begemana, hanya saja yang selama ini saya tahu, sodara dan teman yang sesuai kriteria itu, segala ibadah dilakuin karena emang wajibnya begitu. Tapi, di lain sisi masih juga pegang sana pegang sini, gandeng sana gandeng sini. Gak bisa ngebayangin jika nantinya harus bersama dengan seseorang macam itu. >.< belum lagi koleksi foto dengan temen2 yang bukan mahramnya. Sumpah, yang begini bakal jadi tekanan batin.

Masalahnya adalah bagaimana selanjutnya nantinya jika akhirnya bener2 harus bersama orang yang “begitu itu”. padahal dalam benak saya ini, kehidupan pernikahan itu yang seperti hari2 Nabi Muhammad ataupun Ali. Sepertinya berlebihan jika memimpikan sosok seorang Ali, karena saya ini bukan fathimah. Ato memimpikan sosok Nabi Muhammad sedang saya ini sudah pasti bukan Aisyah atopun khodijah, bahkan mirip pun nggak. :p

Sepupu saya yang dikatakan sedikit bandel, lantas sodara yang lainnya bilang, “ah, yo memper, kacang ki ra ninggal lanjaran” anak ra beda adoh karo wongtuane. Begitu itu kata mereka, lantas hal yang sebenernya gak baek itu di anggap wajar. Lalu dibiarkan. Dan akhirnya tetap seperti itu. saya jadi membayangkan jika yang begitu itu terjadi pada saya suatu hari nanti. Saat saya punya sebuah keluarga, lantas suatu hari punya anak dan anak saya katakanlah sedikit bandel, lantas yang lainnya menganggap kebandelan anak ini wajar karena dulu salah seorang orangtuanya begitu.

Saya tidak ingin yang seperti itu terjadi pada diri saya suatu hari nanti. Saya inginnya suatu hari nanti keluarga kecil saya menjadi awal mula generasi yang lebih baik. Dengan anak-anak yang sholih dan sholihah.

Ah, jodoh itu ditangan Allah. Semuanya sudah diatur olehNYA. Dan Allah sudah pasti tak pernah salah. Sekarang, hanya harus berusaha menjadi lebih baik agar mendapat jodoh yang baik pula seperti janji Allah. :)